Anatomi Fisiologi Sistem Pengindraan
2.1.Pengertian sistem pengindraan
Sistem penginderaan manusia adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima rangsangan tertentu yang terdiri dari indera penglihatan, indera pendengar, indera penciuman, dan indera pengecap. Menurut Syaifuddin:
“Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini di tafsirkan”.[1]
2.2.1 Macam-macam indra yang dimiliki manusia
2.2.1. INDRA PENGLIHATAN
Indra penglihatan adalah alat yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu mengenali benda – benda yang ada di sekitarnya. Menurut Syaifuddin:
“Indra penglihatan yang terletak pada mata yang terdiri dari organ alat bantu mata dan bola mata. Saraf indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf kranila kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus”.[2]
A. Organ okuli assesoria (alat bantu mata)
Organ okuli assesoria(alat bantu mata), terdapat disekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata, Terdiri dari :
a.Kavum orbita
b.Supersilium
c.Palpebra
d.Aparatus lakrimalis
e.Muskulus okuli, yang merupakan otot entristik mata, terdiri dari 7 buah otot, 6 buah otot diantaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat bola mata ke atas.
· Muskulus levator palpebralis superior inferior
· Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata
· Muskulus rektus okuli inferior
· Muskulus rektus okuli medial
· Muskulus obliques okuli inferior
· Muskulus obliques okuli superior
f.Konjungtiva
B.Oculus (bola mata)
Oculus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan organ terpenting dari organ visus.
a.Tunika okuli
Tunika okuli terdiri dari kornea dan sclera
b.Tunika vaskulosa okuli
Tunika vaskulosa okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi atas 3 bagian yaitu koroid, korpus siliaris, dan iris.
c.Tunika nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina. Retina terbagi menjadi 3 bagian yaitu pars optika retina, pars siliaris dan pars indika.
Retina terdapat di bagian belakang yang berlanjut sampai ke nervus optikus, secara histologist retina terdiri dari 10 lapisan. Pada daerah macula lutea, retina mengalami penyederhanaan sesuai dengan fungsinya untuk melihat jelas. Semua akson dari neuron ganglion berkumpul pada bagian belakang dari diskus optikus (papilla). Diskus optikus disebut juga titik buta oleh karena cahaya yang jatuh di daerah ini member kesan dapat melihat. Bulbus okuli berisi tiga jenis cairan refracting media dan masing-masing cairan memiliki kekentalan yang berlainan
Cairan akueus, cairan seperti limfe yang mengisi bagian depan bola mata. Cairan ini diperkirakan dihasilkan oleh prosessus siliaris kemudian masuk ke dalam kamera posterior, melalui celah Fontana masuk ke dalam kamera okuli anterior. Setelah masuk melalui saluran schlem menghilang ke dalam pembuluh vena siliaris anterior.
Lensa kristalina merupakan massa yang tembus cahaya yang berbentuk bikonkaf, terletak antara iris dan korpus vitrous yang sangat elastic. Kedua ujung lensa ini diikat oleh ligamentum susppensorium, lensa ini terdiri dari 5 lapisan.
Korpus vitrous merupakan cairan bening kental seperti agar, terletak antara lensa dan retina. Isinya merupakan 4/5 bagian dari bulbus okuli, sehingga bola mata ini tidak kempes.
Fisiologi penglihatan
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk tranduksi sinar .Aparatus optic mata membentuk dan mempertahankan ketajaman focus objek dalam retina. Prisip optic; sinar dialihkan berjalan dari medium ke medium lain dari lensa pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina .Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik darin objek nyata. Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik reseptor,selanjutnya mengrimkan bayangan dua dimensi ke otak untuk direkontruksi menjadi tiga dimensi.
Pembentukan bayangan abnormal jika boleh mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh di ddi depan retina sehingga bayangan kabur. Untuk melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang dilihat, di bantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Hiperproppia, titik jatuh di belakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Presbiopia , bentuk abnormal karena lanjut usiayang kehilangan kekenyalan lensa.
Respons bola mata terhadap benda
Relaksasi m.siliaris membuat kerja ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak focus. Bila benda dekat dengan mata maka otot berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh, m.siliaris berkontraksi agar lebih pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris, kontraksi iris ini membuat pupil mengecil dan melebar.
2.2.2 Indra Pendengar
Indra pendengar merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar.Anatomi telinga terdiri dari telinga bagian luar,tengah,dan dalam. Menurut Evelyn C. Pearce:
“Indra pendengaran adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar dan telinga merupakan indra pendengaran yang menerima rangsangan berupa suara(fonoreseptor). dan menjadi alat keseimbanan tubuh”.[3]
Bagian – bagian dari telinga yaitu :
a.Telinga bagian luar terdiri dari Aurikula (daun telinga), Meatus akustikus eksterna (liang telinga), Membran timpani.
b.Telinga bagian tengah terdiri dari Kavum timpani, Antrum tipani,Tuba auditiva eustaki.
c. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temperalis,terdapat reseptor pendangaran , dan alat pendengar ini disebut labirin.
Labirintus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe.
1.Vestabulum
2. koklea
3.kanalis semisirkuralis
Labirintus membranosus terdiri dari :
1.Utrikulus
2.Sakulus
3.Duktus semisirkuralis
4.Duktus koklearis
2.2.3 Indra penciuman
Indra penciuman adalah indra yang digunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu aroma yang dihasilkan. Menurut Roger Watson:
“Alat indra untuk merasakan cita rasa dari berbagai makanan dan untuk mengenali lingkungan atau suatu aroma yang dihasilkan. Alat pencium terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf, otak, nervus olfaktorius”.[4]
Reseptor pencium dan pengecap keduanya adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul-molekul dalam larutan dalam cairan hidung dan mulut. Akan tetapi, kedua indra ini secara anatomis sangat berbeda reseptor pencium adalah reseptor jauh (teleseptor) lintasan penciuman tidak mempunyai sambungan dalam talamus dan tidak terdapat daerah proyeksi dalam neokorteks untuk penciuman.
1.Membran Mukosa Penciuman
Reseptor pencium terletak pada bagian khusus dari mukosa hidung, membran mukosa pencium berpigmen kekuning-kuningan. Sel-sel penyangga mensekresi lapisan mukus yang terus menerus melapisi epitel dan mengirimkan banyak mikrofili rambut halus ke dalam mukus ini. Tersebar diantara sel-sel penyangga membran mukosa ini terdapat 10-20 juta reseptor. Tiap-tiap reseptor pencium adalah satu neuron.
Membran mukosa penciuman dikatakan merupakan tempat dimana sistem saraf paling dekat dengan dunia luar. Neuronnya mempunyai dendrit yang pendek dan tebal dengan ujung-ujung yang melebar dan dinamakan batang pencium atau (olfactory rods). Dari batang ini cilia diulurkan ke permukaan mukus.
Akson dari neuron reseptor pencium menembus laminal cribosa dari os ethmoidale dan masuk ke dalam bulbus olfactorius.
2.Bulbus olfactorius
Di dalam bulbus olfactorius akson reseptor berakhir diantara dendrit-dendrit dari sel-sel mitral dan sel-sel berjambul (tufted) untuk membentuk kompleks sinaps bulat yang dinamakan glomeruli olfactori. Rata-rata 26.000 akson sel reseptor berkonvergensi pada tiap-tiap glomerulus. Akson dari sel mitral dan berjambul melintas ke posterior melalui stria olfactori media unutk berakhir pada substantia perforata anterior dan trigonom olfactorium. Implus yang berhubungan dengan refleks penciuman melintas dari daerah ini ke sisi sistem limbik dan hipotalamus. Sebagian besar akson dari sel-sel mitral, melintas dari glomeruli melalui stria olfactori lateral ke korteks dan bagian medial dari nukleus amigdalae ipsilateral dan ke korteks prepiriform dan periamigdalae. Disamping input dari luar berasal dari membran mukosa penciuman melalui nervus olfactorius, terdapat pula tiga input dari lain-lain bagian otak masuk ke dalam bulbus olfactorius. Satu dari input sentral berasal dari nukleus cabang horisontal jalur diagonal (serabut sentrifugal). Input lain berasal dari nukleus olfactorius anterior sisi yang sama, sedangkan input yang ketiga berasal dari nukleus olfactorius anterior kontralateral dan mencapai bulbus olfactorius melalui commissuraanterior
3. Fisologi Penghidung
a. Perangsang reseptor
Reseptor-reseptor penciuman hanya memberi respon terhadap zat yang bersentuhan dengan epitel penciuman dan larut dalam lapisan mukus yang tipis. Ambang penciuman untuk berbagai zat representatif melukiskan kepekaan yang menyolok dari reseptor penciuman terhadap beberapa zat. Misalnya, metil merkaptan, yaitu zat yang memberi bau yang khas pada bawang, dapat dicium pada konsentrasi yang kurang dari sepersatu juta miligram perliter udara. Apabila molekul berbau merangsang reseptor maka timbulah potensial reseptor.
Satu teori mengemukakan bahwa molekul berbau menekan aktivitas sistem enzim epitel dan menyebabkan perubahan pada reaksi-reaksi kimia. Teori lain mengemukakan bahwa molekul berbau mengubah permukaan sel-sel reseptor yang menyebabkan total listriknya. Teori yang ketiga mengemukakan bahwa molekul hanya mengubah permeabilitas Na dari membran reseptor.
b. Mendengus
Bagian rongga hidung yang mengandung reptor pencium mendapat fentilasi yang sangat sedikit. Sebagian besar udara biasanya bergerak dengan tenang melalui bagian bawah rongga hidung pada setiap siklus pernapasan. Jumlah udara yang mencapai bagian ini sangat meningkat dengan mendengus yaitu suatu gerakan yang menyertakan kontraksi bagian bawah lubang.Hidung pada septum untuk membantu membiasakan arus udara ke atas. Mendengus adalah respon semirefleks yang biasanya terjadi apabila bau yang baru menarik perhatian.
c. Peranan serabut-serabut nyeri dalam hidung
Ujung-ujung telanjang dari banyak serabut nyeri N. trigeminus ditemukan dalam membrana mukosa penciuman. Serabut-serabut ini terangsang oleh zat-zat yang menyangat, dan perasaan menyengat komponen yang timbul dari trigeminus merupakan komponen dari”bau” yang khas dari zat seperti minyak permen, menthol, dan klor. Ujung-ujung ini jugsa yang bertanggung jawab untuk menimbulkan refleks bersin, mengeluarkan air mata, sesak nafas, dan respon refleks lainnya terhadap iritan terhadap hidung
d. Adaptasi
Telah diketahui umumnya bahwa bila seseorang secara terus menerus terkena bau yang paling tidak enakpun, persepsi dari bau itu menurun dan akhirnya berhenti. Fenomena yang kadang-kadang berguna ini disebabkan karena adaptasi yang agak cepat yang terjadi pada sistem penciuman. Adaptasi ini adalah spesifik untuk bau tertentu yang dicium, ambang untuk bau-bau lainnya tidak berubah. Adaptasi penciuman sebagian adalah peristiwa sentral, tetapi juga karena perubahan pada reseptor.
2.2.4.INDRA PENGECAP
Lidah merupakan bagian tubuh yang penting untuk indra pengecap yang di dalamnya terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, dan rasa manis.
1.Muskulus-muskulus pada Lidah :
A.Muskulus Ekstrinsik
M.Genioglossus : mrpkn otot lidah terkuat
M.Hyoglossus : berupa lembaran 4 sisi yang tipis
M.Styloglossus : menggerakkan lidah ke depan dan ke belakang
B.Muskulus Intrinsik
M.Longitudinalis Superior-inferior Linguae
M.Tranversus Linguae
M.Verticalis Linguae
2.Pembagian Lidah Berdasarkan Lokasi :
- Lidah terletak pada dasar mulut
- Pembuluh darah & urat saraf keluar-masuk pada akarnya
- Ujung serta pinggir lidah bersentuhan dengan gigi bawah
- Permukaan melengkung pada bagn atas lidah dsbt Dorsum
- Permukaan bawah lidah disebut Frenulum Linguae
3.Bagian-bagian pada Lidah :
-Radiks Linguae ( pangkal lidah )
-Dorsum Linguae ( punggung lidah )
-Apeks Linguae (ujung lidah)
4.Papila-papila pada Lidah :
a.Papillae sirkumvalata : ada 8 hingga 12 buah dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah.
b. Papillae fungiformis : menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur.
c.Papillae filiformis: adalah yang terbanyak menyebar pada seluruh permukaan lidah. Papillae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh.
5.Proses Taste Buds pada Lidah :
-Setiap kuncup pengecap (taste buds) disarafi beberapa serabut saraf, Yi : nervus kranialis V, VII, IX, X.
-Nervus Lingualis memasuki regio submandibularis, langsung menempel ke mandibula dan melengkung ke depan pada mandibula hyoglossus untuk memasuki lidah.
-Nervus tsb akan diteruskan oleh masing2 nervus kranialis dan ketiganya berhenti di Medula Oblongata & mmbntuk Traktus Solitarius
2.2.5. INDRA PERABA
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan menjadi ciri berbagai tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.
Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan kebiasaan, di samping sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya. Kulit juga dapat menjadi sarana kontak seksual, cinta, persahabatan, atau kebencian. Kerusakan lebih dari 30% luas kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera menyebabkan kematian, karena kulit mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.
Bagian-bagian kulit terdiri dari :
a.Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superfisial dari stratum ini secara kostan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap pengaruh sinar UV. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam ruang interselular.
b. Dermis
Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial dibandingkan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.
c. Hipodermis
Ini merupakan zona transisional diantara kulit dan jaringan adiposa di bawahnya. Mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebasea dan radiks dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis atau porium tergantung pada vena dan limfatika. Baik saraf bermielin maupun tidak bermielin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini memberikan respon sensasi panas, dingin, nyeri, gatal, dan raba ringan.
d. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat terdiri dari glomerolus atau bagian sekresi dan duktus. Secara relatif terdapat catu darah yang kaya dan menskresi keringat yang agak keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung 99% air, dan sejumlah kecil khlorida, urea, amonium, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat ditemukan pada area seperti genetalia, anus, aksila dan puting susu dan masing-masing juga mempunyai bau yang khas.
e. Appendises
Appendises termasuk rambut dan kuku. Rambut berasal epitel dan terbentuk dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang kompleks, yaitu folikel yang terletak dalam lapisan dermis yang lebih dalam. Pada saat rambut melintasi lapisan permukaan dari dermis maka rambut dilapisi oleh sebum yang merupakan eksresi dari glandula kecil yang terletak berdekatan dengan batang rambut. Fungsinya adalah melumasi kulit dan menjaga kulit tetap lentur, bertindak sebagai penolak air dan melindungi kulit dari udara yang kering.
Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel prickle yang mengalami modifikasi pada mana kuku melekat dengan kuat.
Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis terutama melanin. Sebagai penitup bagian luar maka kulit mempunyai banyak fungsi yang tidak saja besifat protektif, tetepi juga termasuk yang berikut :
1)Bertindak sebagai barier terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh, tetapi dapat juga dirusak oleh mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak rantai panjang yang ditemukan dalam kulit. Invasi bakteri dapat juga terhalang oleh keasaman kulit.
2) Ketahanan jaringan yang kuat melindungi jaringan di bawahnya.
3) Kulit bertindak sebagai insulator (hipoderm) dan membantu mengatur suhu tubuh. Pengendalian suhu tubuh juga merupakan fungsi dari glandula sudorifera dan pembuluh darah. Ketika hari panas, glandula menskresi keringat, dan penguapannya menyebabkan pendinginan ; pembuluh darah berdilatasi untuk memungkinkan keluarnya panas tubuh dengan meningkatkan aliran darah dekat dengan permukaan tubuh. Ketika hari dingin, pembuluh darah berkonstriksi, menurunkan aliran darah dan dengan demikian menurunkan kehilangan panas.
4) Karena mengandung akhiran saraf sensorik, sensasi dari kulit memainkan peranan penting dalam mempertahankan kesehatan.
5) Sampai tingkat tertentu, kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk mengeluarkan produk sampah tubuh. Karena itu memainkan peranan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Dalam kondisi yang sesuai, kulit mencatu vitamin D tubuh. Vitamin ini terbentuk dengan aksi fotokimia dari sinar UV pada sterol yang diduga diekskresikan dalam sebum.
Fisiologi kulit
a.Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
b. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
c. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
d.Fungsi Pengindra (Sensori)
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badanKrausse. Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvieryang terletak di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum berjalan dengan baik.
f.Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
g.Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.
h. Fungsi Produksi Vitamin D
Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melaui makanan.
i. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. 2007. Anatomi fisiologi manusia. Jakarta:Gramedia
Evelyn C pearce. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Bandung:Gramedia
Roger Watson. 2008. Anatomi dan fisiologi. Jakarta:EGC
[1] Syaifuddin, Anatomi fisiologi manusia, (Jakarta:Gramedia), H.345
[2] Ibid
[3] Evelyn C Pearce, Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, (Bandung:Gramedia), H.125
[4] Roger Watson, Anatomi & fisiologi, (Jakarta:EGC), H.155
Label: anatomi fisiologi, anfis, sistem pengindraan